Plt Gubsu H Gatot Pudjonugroho, ST menyatakan bahwa Penobatan Gelar Pahlawan Nasional kepada Alm.Sultan Sulaiman Shariful Alamsyah oleh Presiden RI merupakan sebuah kebanggan bagi warga Sumatera Utara. Penobatan tersebut hendaknya dapat dijadikan spirit bagi segenap warga Sumut untuk terus mengobarkan semangat perjuangan pada era saat ini.
Plt Gubsu (Rabu, 9/11) dalam acara Tasyakur atas Penobatan Gelar Pahlawan Bintang Mahaputera Adi Pradana kepada Sultan Sulaiman Shariful Alamsyah oleh Presiden RI dalam rangka menyambut Hari Pahlawan di Istana Negara Jakarta, Selasa (08/11).
Dalam acara yang berlangsung santai di Kantor Gubsu tersebut tersebut hadir Sultan Serdang H T Ahmad Tala’a, ahli waris Sultan Sulaiman Shariful Alamsyah, Prof Tengku Silvana Sinar MA PHd, tokoh masyarakat adat Del Serdang dan Serdang Bedagai, Pengurus MABMI, Ikatan Sarjana Melayu dan Panitia Pengusulan Gelar Pahlawan, Masyarakat Sejarah, dan para undangan.
Gatot berpendapat, gelar pahlawan nasional kepada putra terbaik Sumatera Utara merupakan jawaban atas kerinduan masyarakat Sumatera Utara terhadap ketokohan pahlawan. Plt. Gubsu berharap penobatan gelar pahlawan kepada Al. Sultan Sulaiman Shariful Alamsyah hendaknya dapat menginspirasi kaum muda untuk meningkatkan prestasinya sehingga dapat menjadi pahlawan-pahlawan masa kini pada bidangnya masing-masing.
Menurut Plt Gubsu, pahlawan adalah orang yang mampu berprestasi dengan capaian yang melampaui berbagai keterbatasan yang ada. Plt. H. T Ahmad Ta’ala mengungkapkan bahwa gelar kehormatan yang diberikan tidak terlepas dari kerja keras Panitia Pengusul yang motori oleh Alm T Luckman Sinar.
Selain itu, adanya rekomendasi dari Pemkab Deli Serdang dan Serdang Bedagai, serta yang terpenting adalah rekomendasi Plt. Gubsu turut menjadi pertimbangan utama. Dengan adanya penganugerahan ini, pihaknya berharap ketokohan Alm.Sultan Sulaiman Shariful Alamsyah dapat menjadi muatan lokal dan bahan bacaan di sekolah-sekolah, sehingga dapat dikenal lebih luas lagi.
Upacara penganugerahan bintang Mahaputera tersebut akan dilaksanakan di Jakarta, bersamaan dengan puncak peringatan Hari Pahlawan tahun 2011. Nafrulah mengungkapkan bahwa Tuanku Shariful Alamsyah yang lahir tahun 1865 dikenal sebagai sosok penentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda.
“Hingga menjelang akhir hayatnya tahun 1946, Tuanku Shariful Alamsyah tetap tidak ingin sejengkal pun tanah di Serdang dikuasai oleh kaum penjajah,” kata Nafrullah. Tuanku Shariful Alamsyah semasa memimpin Kesultanan Serdang berkomitmen untuk tidak akan merelakan wilayah Serdang dikuasai oleh Belanda.
“Semasa memimpin Kesultanan Serdang, Tuanku Shariful Alamsyah selalu menuntut pemerintah Belanda agar mengembalikan lahan yang dikuasai kepada rakyat Serdang,” tambahnya.
Mencermati sikap tegas Sultan Serdang tersebut, Ratu Wilhelmina pernah mengundang Sultan Serdang ke Belanda. Namun undangan Ratu Belanda itu ditolak oleh Tuanku Shariful Alamsyah dan malah dia memilih bertolak ke Jepang untuk menemui Kaisar Jepang Meiji.
Selama beberapa bulan di Jepang, Tuanku Shariful Alamsyah banyak meluangkan waktu untuk mempelajari seni budaya di negara itu. Setelah kembali dari Jepang, Tuanku Shariful Alamsyah yang juga memiliki jiwa seni dan gemar bermain biola mendirikan sanggar seni dan budaya di Perbaungan yang kini masuk wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
Keberadaan sanggar seni dan budaya itu juga berfungsi sebagai tempat belajar bagi sejumlah anak usia sekolah.
“Dari Jepang, Tuanku Shariful Alamsyah juga membawa beberapa orang ahli di bidang teknologi sipil ke Perbaungan untuk membangun irigasi,” ucapnya. Melalui sarana irigasi tersebut, kata Nafrulah, wilayah Kesultanan Serdang yang dulunya meliputi Kabupaten Serdang Bedagai dan Deli Serdang ketika itu mampu menjadi sentra produksi pangan terbesar di luar Pulau Jawa.
“Hingga menjelang akhir hayatnya tahun 1946, Tuanku Shariful Alamsyah tetap tidak ingin sejengkal pun tanah di Serdang dikuasai oleh kaum penjajah,” kata Nafrullah. Tuanku Shariful Alamsyah semasa memimpin Kesultanan Serdang berkomitmen untuk tidak akan merelakan wilayah Serdang dikuasai oleh Belanda.
“Semasa memimpin Kesultanan Serdang, Tuanku Shariful Alamsyah selalu menuntut pemerintah Belanda agar mengembalikan lahan yang dikuasai kepada rakyat Serdang,” tambahnya.
Mencermati sikap tegas Sultan Serdang tersebut, Ratu Wilhelmina pernah mengundang Sultan Serdang ke Belanda. Namun undangan Ratu Belanda itu ditolak oleh Tuanku Shariful Alamsyah dan malah dia memilih bertolak ke Jepang untuk menemui Kaisar Jepang Meiji.
Selama beberapa bulan di Jepang, Tuanku Shariful Alamsyah banyak meluangkan waktu untuk mempelajari seni budaya di negara itu. Setelah kembali dari Jepang, Tuanku Shariful Alamsyah yang juga memiliki jiwa seni dan gemar bermain biola mendirikan sanggar seni dan budaya di Perbaungan yang kini masuk wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
Keberadaan sanggar seni dan budaya itu juga berfungsi sebagai tempat belajar bagi sejumlah anak usia sekolah.
“Dari Jepang, Tuanku Shariful Alamsyah juga membawa beberapa orang ahli di bidang teknologi sipil ke Perbaungan untuk membangun irigasi,” ucapnya. Melalui sarana irigasi tersebut, kata Nafrulah, wilayah Kesultanan Serdang yang dulunya meliputi Kabupaten Serdang Bedagai dan Deli Serdang ketika itu mampu menjadi sentra produksi pangan terbesar di luar Pulau Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar